Surat Untuk Pemuda dan Mahasiswa Madura

Selasa, 26 Agustus 2025 - 14:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Foto. Ilustrasi

Foto. Ilustrasi

OPINI | NALARPOS.ID Adik-adikku sekalian, pemuda di pojok-pojok desa yang masih setia menjaga lumbung padi orang tua, remaja di cafe-cafe tua yang sibuk menatap layar gawai dengan kopi sachet di tangan.

Mahasiswa di kampus elit Jakarta yang sering dianggap “Wakil Peradaban”, hingga santri di pesantren yang setiap malam bersujud di atas tikar pandan.

Surat Ini Kutulis Dengan Tinta Getir Dari Ladang-ladang Tembakau Madura.

Pernahkah kalian berhenti sejenak, lalu bertanya dalam hati: dari mana asal buku-buku yang kalian baca, pena yang kalian pakai, hingga ongkos semesteran yang seringkali ditutup dengan menjual hasil panen?

Dalam setiap kertas yang kalian coret di kampus, sesungguhnya ada sehelai daun tembakau yang ikut berbicara.

Dalam setiap huruf yang kalian baca, ada peluh menetes dari dahi orang tua kita.

Negara tampil di layar televisi dengan wajah ganda. Di podium mereka bicara seolah penyelamat kesehatan publik.

Namun di meja kas negara, mereka menenggak rakus lebih dari 90% penerimaan cukai nasional yang datang dari rokok.

Madura, yang menyumbang tembakau berkualitas, tetap menyandang gelar kabupaten termiskin di Jawa Timur.

Ironi ini lebih kotor daripada tanah sawah yang retak di musim kemarau.

Mereka berdiri gagah dengan UU No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan, diperkuat PP No. 28 Tahun 2024. Isinya terdengar heroik: melarang rokok eceran, menghapus iklan, memaksa kemasan polos, hingga larangan jual di radius 200 meter dari sekolah.

Negara tampak gagah, seperti ksatria berpedang. Tetapi itu hanya kostum panggung. Begitu tirai ditutup, kita melihat badut yang gagal melucu.

Siapa yang diuntungkan dari parade regulasi ini? Oligarki industri rokok besar. Mereka memiliki mesin baja, modal tak terbatas, akses ke ruang kekuasaan.

Regulasi bukan ancaman bagi mereka, melainkan sekadar angka yang bisa dinegosiasikan. Jika cukai naik, mereka punya cara memindahkan beban ke konsumen.

Jika iklan dilarang, mereka menyelundupkan promosi lewat sponsor olahraga atau konser musik.

Lalu siapa yang menjadi tumbal?

Petani kecil. Produsen mikro di Madura. Mereka yang masih menyimpan daun tembakau di gudang bambu. Mereka yang hanya mampu menjual rokok ketengan di warung-warung Madura.

Mereka yang rokok lintingannya disita aparat, seolah itu bentuk bakti negara. Di hadapan yang kecil negara gagah, di hadapan yang besar negara lembek.

Inilah banci regulasi yang sesungguhnya.
Bea Cukai merasa hebat dengan membakar rokok lintingan ibu-ibu kita dari kampung.

Sementara perusahaan raksasa melenggang, bahkan bisa “Membeli” bahasa regulasi dengan lobi dan amplop. Oligarki menjadi raja, petani tetap budak.

Dan Madura hanya tercatat sebagai angka pendapatan negara, bukan sebagai manusia yang layak dihormati.

Adik-adikku, apa kita mau terus jadi penonton? Kita tidak bisa lagi menunggu belas kasih dari negara yang sibuk melayani oligarki. Kita tidak bisa berharap DPR yang lebih rajin menghitung amplop ketimbang penderitaan rakyat.

Sejarah tidak akan berubah hanya dengan sabar, ia hanya berubah dengan keberanian.

Karena itu, kita putra putri petani tembakau Madura harus bersatu.

Persatuan bukan sekadar kata manis, tetapi senjata terakhir. Mari kita bentuk gerakan kolektif yang lahir dari ladang-ladang tembakau bapak ibu kita.

Gerakan yang tidak hanya melawan ketidakadilan, tetapi juga membangun kekuatan ekonomi-politik sendiri.

Jika daun tembakau kita selama ini hanya menjadi bahan bakar mesin negara, sekarang saatnya ia menjadi bahan bakar perjuangan kita.

Jangan remehkan diri kita sendiri. Generasi muda Madura bukan hanya pewaris daun kering, tetapi pewaris harga diri.

Tugas kita bukan sekadar menjaga tradisi, melainkan mengubah nasib. Dari Sumenep ke Bangkalan, dari Pamekasan ke Sampang, suara kita harus bergema: Cukup Sudah Petani Jadi Tumbal.

Mari menulis sejarah baru dengan tinta dari keringat sendiri. Kita harus hadir di jalanan, di forum akademik, di media sosial, di ruang politik, di pasar, bahkan di masjid dan pesantren.

Di setiap ruang kita harus bersuara: Tembakau Adalah Martabat, Bukan Kutukan dan Petani Bukan Budak Regulasi, Melainkan Pilar Bangsa.

Adik-adikku, bila kita terus diam, sejak Indonesia merdeka sampai tulisan ini saya buat, anak cucu kita hanya akan mewarisi kemiskinan yang sama.

Tapi bila kita bangkit, maka generasi berikutnya akan mewarisi harga diri.
Bersatulah, wahai putra-putri petani tembakau. Waktu kita bukan besok, tapi sekarang.

Penulis : Fauzi As, Warga Asli Kabupaten Sumenep

Facebook Comments Box

Penulis : Fer

Follow WhatsApp Channel nalarpos.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

“Hak Masyarakat Adat di kawasan hutan diakui Mk :Tidak perlu kawatir lagi”
“Pendidikan yang Berfokus pada keberanian, bukan angka” oleh Ilham hazfi batubara
FPMR Bakal Audiensi dengan Bea Cukai Jatim I, Siap Serahkan Data Pabrikan Rokok di Madura
SKK Migas Jabanusa Gelar Lokakarya Media di Semarang, Ini Tujuannya
Ketua PW GP Ansor Sumut desak Kepolisian Tangkap Pelaku pengeroyokan Kader Banser di Tangerang
Dugaan Kongkalikong Aparat dan Pengusaha Rokok Turbo Premium, Haji Ahmad Pamekasan Punya Kuasa Negara
Wali Kota Sibolga Dukung Bank Indonesia Gelar The Nauly Fest 2025 Dorong Digitalisasi
Gelar Salemba Fest 2025, GMKI Ajak Mahasiswa Menjadi Entrepreneur
Berita ini 7 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 17 Oktober 2025 - 23:51 WIB

“Hak Masyarakat Adat di kawasan hutan diakui Mk :Tidak perlu kawatir lagi”

Rabu, 15 Oktober 2025 - 06:38 WIB

“Pendidikan yang Berfokus pada keberanian, bukan angka” oleh Ilham hazfi batubara

Senin, 13 Oktober 2025 - 11:59 WIB

FPMR Bakal Audiensi dengan Bea Cukai Jatim I, Siap Serahkan Data Pabrikan Rokok di Madura

Kamis, 9 Oktober 2025 - 09:49 WIB

SKK Migas Jabanusa Gelar Lokakarya Media di Semarang, Ini Tujuannya

Selasa, 30 September 2025 - 10:08 WIB

Ketua PW GP Ansor Sumut desak Kepolisian Tangkap Pelaku pengeroyokan Kader Banser di Tangerang

Berita Terbaru