SUMENEP | NALARPOS.ID — Setelah 12 tahun vakum dari panggung besar kesenian daerah, grup musik tong-tong legendaris asal Desa Legung Timur, Kecamatan Batang-Batang, Mega Remmeng, akhirnya kembali mengguncang bumi Sumenep pada ajang Festival Musik Tong-Tong se-Madura 2025.
Kehadirannya sontak disambut gegap gempita oleh para pendukung setianya dari berbagai wilayah Madura. Mereka bersorak penuh haru menyambut kemunculan kembali sang legenda yang telah lama dinantikan.
Mega Remmeng tampil dengan ciri khas lamanya warna hitam-putih, kuda terbang “Arya Kuda Panoleh”, serta aransemen lagu yang megah dan orisinal. Semua unsur itu menjadi pengingat akan kejayaan masa lalu serta kebesaran tokoh Arya Joko Tole, pahlawan sakti asal Sumenep yang melegenda.
Sorakan pendukung pecah di garis finis ketika Mega Remmeng melintasi arena. Beberapa di antara mereka bahkan tak kuasa menahan air mata, terharu atas kembalinya ikon kesenian yang telah lama hilang dari panggung besar daerah.
“Saya benar-benar terharu. Saya pikir Mega Remmeng tidak akan tampil lagi, tapi malam ini mereka kembali dengan ciri khas yang sama seperti tahun 2009,” ujar Tohawi, salah satu pendukung setia asal Sampang Madura, Sabtu malam (18/10/2025).
Menurutnya, kemunculan Mega Remmeng bukan semata soal kompetisi, tetapi lebih kepada kebanggaan dan identitas masyarakat Madura, khususnya warga Legung Timur.
Ia berharap grup tersebut tetap tampil di festival berikutnya dengan dekorasi khas seperti kuda terbang dan Peccot yang menjadi simbol kejayaan masa lalu.
“Kami tidak menuntut Mega Remmeng harus juara, tapi cukup tampil setiap tahun agar menjadi inspirasi dan kebanggaan kami,” imbuhnya penuh haru.
Sementara itu, Mulyono, pengukir dekorasi Mega Remmeng sejak awal berdiri, mengungkapkan bahwa proses pembuatan dekorasi tahun ini memakan waktu lebih dari satu tahun.
Ia mengaku berhati-hati karena karya tersebut sarat makna sejarah dan harus merepresentasikan kejayaan Sumenep secara tepat.
“Dekorasi Mega Remmeng selalu punya makna. Nama Mega Remmeng sendiri diambil dari kisah kuda yang ditunggangi Arya Joko Tole, pangeran sakti asal Sumenep. Itulah sebabnya lambang kota Sumenep hingga kini masih menggunakan simbol kuda terbang,” jelasnya, Minggu (19/10/2025).
Namun, Mulyono juga mengakui bahwa dekorasi yang ditampilkan baru terealisasi sekitar 70 persen dari konsep utuhnya. Hal itu disebabkan oleh keterbatasan waktu dan desakan para pendukung agar Mega Remmeng bisa kembali tampil di festival tahun ini.
“Kami minta maaf jika masih ada kekurangan. Mega Remmeng bukan sekadar penampilan, tapi simbol kebanggaan masyarakat Sumenep. Kami ingin semuanya sempurna karena setiap detailnya punya nilai sejarah,” ungkapnya.
Kendati begitu, kerja keras tim Mega Remmeng tidak sia-sia. Dalam penampilan perdananya setelah lebih dari satu dekade absen, mereka berhasil menyabet penghargaan Dekorasi dan Penyaji Terbaik di ajang Festival Tong-Tong se-Madura 2025 sebagai bagian dari gelaran Kharisma Event Nusantara (KEN) 2025.
Pencapaian tersebut disambut dengan rasa syukur dan kebanggaan luar biasa oleh seluruh anggota dan pendukung Mega Remmeng.
“Pencapaian ini hasil kerja keras dan doa banyak pihak. Kami bersyukur, meski sempat lama vakum, Mega Remmeng tetap mampu menunjukkan kualitasnya dan mengharumkan nama Sumenep,” tutur Mulyadi penuh rasa bangga.
Bagi masyarakat Madura, khususnya Sumenep, kemenangan ini bukan hanya tentang piala atau penghargaan. Lebih dari itu, Mega Remmeng telah membangkitkan kembali semangat kebersamaan, cinta budaya, dan kebanggaan terhadap warisan leluhur yang sempat meredup.
Sorak-sorai, air mata haru, dan lagu-lagu penuh semangat yang menggema malam itu menjadi saksi bahwa legenda sejati tidak pernah benar-benar hilang. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk kembali bersinar.
Dan malam itu, di bumi Sumenep, Mega Remmeng kembali membuktikan: Legenda tak pernah mati. Ia hanya menunggu saatnya untuk terbang lagi.
Penulis : Fer