SUMENEP | NALARPOS.ID — Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes-P2KB) Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, menargetkan penurunan angka stunting sebesar 10 persen pada tahun 2025.
Kepala Dinkes-P2KB Sumenep, Ellya Fardasah, menyampaikan bahwa target tersebut diupayakan melalui berbagai pendekatan strategis serta pola kemitraan lintas sektor dengan institusi lain di daerah.
“Target menurunkan angka stunting 10 persen ini kami canangkan berdasarkan hasil evaluasi serta kerja sama dengan berbagai pihak di Sumenep,” ujarnya saat rapat koordinasi bersama tim percepatan penurunan stunting, Selasa 11 Agustus 2025.
Ellya menjelaskan, ada dua pendekatan utama yang digunakan, yakni intervensi spesifik dan intervensi sensitif.
Intervensi spesifik dilakukan dengan menyasar langsung kelompok rentan, seperti ibu hamil, balita, dan remaja putri. Programnya meliputi pemberian makanan tambahan, imunisasi, serta distribusi tablet tambah darah.
Sementara intervensi sensitif menyasar sektor pendukung, seperti penyediaan air bersih, sanitasi sehat, hingga edukasi pola asuh keluarga.
“Contohnya adalah pembangunan jamban sehat. Meski terlihat sederhana, sanitasi buruk justru memberi dampak besar terhadap stunting,” jelasnya.
Upaya percepatan penurunan stunting di Sumenep sendiri telah berjalan sejak 2021. Berdasarkan catatan Dinkes-P2KB, hasil signifikan mulai terlihat sejak 2022.
Pada 2022, angka stunting turun menjadi 21,6 persen. Setahun berikutnya, pada 2023, kembali menurun menjadi 16,7 persen. Tren positif berlanjut pada 2024 dengan capaian 14 persen.
“Untuk 2025, kami optimis penurunan bisa mencapai 10 persen. Optimisme ini bukan tanpa alasan, karena strategi dan program yang kami jalankan sudah terbukti efektif,” tegas Ellya.
Ia menambahkan, keberhasilan menekan angka stunting tidak hanya bergantung pada Dinkes, tetapi juga pada dukungan masyarakat serta sinergi lintas sektor.
“Kesadaran keluarga menjaga pola asuh dan lingkungan sehat menjadi kunci penting dalam mencapai target,” pungkasnya.