SUMENEP | NALARPOS.ID — Harga jagung hibrida di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang berkisar antara Rp 4.600 hingga Rp 5.600 per kilogram disambut baik oleh petani di Desa Larangan, Kecamatan Ganding, dan Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto.
Petani di wilayah tersebut merasa diuntungkan karena mereka tidak lagi menjual hasil panen melalui pihak ketiga, melainkan langsung ke PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), perusahaan agrobisnis yang memproduksi pakan ternak, daging ayam, dan makanan siap saji.
Kemudahan ini semakin terasa dengan hadirnya agen resmi CPIN di Kabupaten Sumenep, yakni CGR Pola Kemitraan, yang memfasilitasi penjualan hasil panen petani tanpa harus melalui perantara.
Hal ini sejalan dengan upaya Bupati Sumenep dalam mendukung swasembada dan ketahanan pangan di daerahnya.
Jumahra (55), petani dari Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, mengungkapkan bahwa panen jagungnya telah terjual ke pabrik melalui agen resmi yang ditunjuk oleh CPIN.
“Harga jagung hibrida saat ini berkisar Rp 4.600 hingga Rp 5.600 per kilogram. Hasil panen keluarga kami kemarin terjual dengan harga Rp 4.600 per kilogram langsung ke pabrik,” ujar Jumahra, Rabu (5/3/2025).
Menurutnya, menjual langsung ke pabrik jauh lebih menguntungkan dibandingkan harus melalui perantara.
Apalagi, pihak pabrik melalui agen resmi CGR Pola Kemitraan memberikan layanan jemput bola ke rumah petani dengan membawa karung sendiri dan menawarkan harga yang kompetitif.
“Saya berterima kasih kepada Bupati dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) atas kemudahan yang diberikan kepada petani,” tambahnya.
Hal senada juga disampaikan Ahmad Quzairi, petani dari Desa Larangan, Kecamatan Ganding. Ia merasa diuntungkan dengan keberadaan pabrik CPIN karena kini hasil panen jagung hibridanya dapat langsung dijual ke pabrik dengan harga lebih tinggi dibandingkan harga pembelian pemerintah (HPP).
“Di CPIN, harga jagung dengan kadar air 15% bisa mencapai Rp 5.600 per kilogram, sementara untuk kadar air 24-25% sekitar Rp 4.600 per kilogram. Ini lebih tinggi dibandingkan HPP yang hanya Rp 5.500 per kilogram,” jelas Ahmad Quzairi.
Ahmad Quzairi juga mengajak petani lain di Sumenep untuk memanfaatkan peluang ini dengan menjual hasil panen langsung ke pabrik atau melalui agen resmi yang telah ditunjuk.
“Sekarang sudah ada agen resmi dari perusahaan, jadi tinggal menghubungi mereka, pasti datang. Ini jauh lebih praktis,” katanya.
Saat diwawancarai di kediamannya, Ahmad Quzairi tampak tengah bersiap mengirim hasil panen ke pabrik di Krian, Sidoarjo.
“Malam ini kami akan mengirim 8 ton jagung. Ini sudah pengiriman ketiga kalinya,” ungkapnya.
Ia pun mengapresiasi upaya Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) yang telah membantu para petani mendapatkan akses pasar yang lebih luas.
“Kami sangat berterima kasih kepada Bupati dan DKPP Kabupaten Sumenep karena berkat mereka, petani jagung hibrida kini bisa menjual hasil panennya dengan lebih mudah dan tanpa perantara,” pungkasnya.